Jumat, 25 Januari 2013

KEUNIKAN GAGASAN, TEKNIK, DAN BAHAN DALAM KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA


Pengertian Seni Rupa Terapan adalah suatu karya seni rupa yang diciptakan untuk tujuan fungsional, yaitu sebagai alat atau perkakas dalam keperluan sehari-hari. Walaupun demikian, seni rupa terapan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip estetis, sehingga selain memiliki fungsi praktis juga memiliki keindahan yang dapat dinikmati secara visual. 

Ditinjau dari segi bentuknya seni rupa terapan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1.  Seni rupa dua dimensi (dwimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang dan lebar serta dapat dinikmati dari arah depan saja, seperti seni rupa murni (lukisan, benda kriya, relief) dan seni rupa terapan (disain, gambar ilustrasi, gambar reklame, benda kriya). 
2.   Seni rupa tiga dimensi (trimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran pajang, lebar, dan ketebalan, serta dapat dinikmati dari berbagai arah, seperti seni rupa murni (patung) dan seni rupa terapan (benda kriya, dan dekorasi). 

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka seni rupa terapan memiliki bentuk atau ukuran dua dimensi dan tiga dimensi. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan nusantara, pelajari pengetahuan dasar tentang seni rupa terapan nusantara berikut ini.

A.  Perkembangan Seni Rupa Terapan Nusantara
Seni rupa terapan meliputi seni kriya dan disain. Seni kriya adalah seni yang cara pengerjaannya menekankan pada keterampilan tangan, sering juga disebut dengan kerajinan tangan. Seni kriya yang berkembang di wilayah nusantara merupakan warisan seni budaya bangsa dengan kebhinekaannya. Nusantara kaya akan ragam hias dengan berbagai aneka variasi motif yang diterapkan dalam pembuatan seni kriya, seperti seni batik, relief/ukir, keramik, furniture, anyaman, tenus, dsb. 

Sejak zaman prasejarah aktivitas manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya memerlukan perkakas atau alat, itu sebabnya karya seni kriya pertama bisa ditemukan pada zaman budaya batu tua (palaeolitikum). Zaman budaya batu tua merupakan bentuk kebudayaan tertua di nusantara dengan sisa peninggalan berupa chopper (Pacitan), flakes (Ngandong), dan peralatan dari tulang (Ngandong dan Sidorejo). Zaman budaya batu tengah (mesolitikum) ditemukan berbagai perkakas/peralatan berupa kapak batu dan peralatan dari tulang. Zaman budaya batu muda (neolitkum), benda-benda budaya yang ditemukan berupa kapak persegi, kapak lonjong, tembikar, dan berbagai manik-manik (perhiasan). Perkembangan budaya berikutnya terjadi sekitar 500 SM yang disebut dengan zaman logam, peninggalan budaya yang ditemukan, seperti kapak corong, candrasa, nekara, moko, topeng emas, dan bejana. 

Seni budaya nusantara mengalami perkembangan sangat pesat sesuai dengan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin menunjukkan keterampilan dan kreativitasnya dalam mengembangkan warisan seni budaya nusantara baik yang bercorak tradisional dengan mempertahankan pakem daerah setempat maupun corak modern dengan berbagai variasi untuk memenuhi tuntutan pasar. Karya-karya seni kriya tersebut sangat mudah kita temukan di daerah-daerah terutama daerah-daerah kawasan wisata. Adapun daerah-daerah yang terkenal dengan pusat-pusat kerajinan yang menghasilkan karya seni kriya dengan nilai estetika tradisional, seperti Sumedang terkenal dengan wayang golek, Jepara terkenal dengan seni ukir kayu, Kota Gede terkenal dengan kerajinan perak, Kasongan dengan kerajinan gerabah tempel, Pekalongan dengan karya batiknya, Bali hampir dengan semua jenis kerajinan, Sumba dengan seni tenun, Asmat dengan kerajinan patung kayu, dan masih banyak daerah lainnya. 

Desain adalah gambar rancangan yang menjadi dasar dalam pembuatan suatu karya, seperti misalnya gambar rancangan busana, gambar konstruksi bangunan, disain iklan, disain ilustrasi, disain poster, dsb. 

B.   Keunikan Gagasan Karya Seni Rupa Terapan 
Gagasan/ide di dalam seni rupa merupakan buah pikiran untuk menciptakan suatu karya seni rupa. Gagasan untuk membuat suatu karya akan tercetus dapat disebabkan seperti misalnya karena perlu akan suatu alat bantu dalam kehidupan sehari-hari, tersedianya bahan, kebutuhan ekonomi, daya kreativitas, dsb. Seseorang yang kreatif akan selalu memanfaatkan segala sesuatu yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai benda yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, contohnya pada zaman prasejarah, untuk memperoleh binatang buruan diperlukan sebuat alat berburu sehingga muncullah ide atau gagasan untuk membuat tombak atau anak panah sebagai alat untuk menangkap binatang, contoh lain apabila terdapat sepotong kayu, maka akan muncul gagasan untuk membuat suatu karya seni misalnya berupa topeng. 

Keunikan gagasan berkarya seni rupa terapan Nusantara, yaitu dipengaruhi oleh kreativitas penggagasnya, budaya setempat, bahan yang digunakan, alat dan teknik pengerjaannya, fungsi atau kegunaan, serta keindahannya. Pada awalnya karya rupa terapan (seni kriya) yang dihasilkan lebih menekankan fungsi praktisnya, tanpa mempertimbangkan unsur-unsur estetikanya. Penggunaan ragam hias mulai nampak pada zaman budaya logam yang disebabkan terjadinya pergeseran fungsi, misalnya kapak corong dan candrasa digunakan sebagai upacara ritual adat sehingga dilengkapi dengan motif hias yang unik. Nekara (gendering) yang berfungsi sebagai alat tetabuhan pada upacara ritual dengan motif hias seperti motif tumbuhan, burung merak, gajah, katak, dan motif geometris.

Keunikan gagasan juga nampak pada ragam hias yang merupakan perpaduan ragam hias nusantara dengan pengaruh ragam hias dari budaya asing. Hal ini dapat ditemukan pada peralatan rumah tangga pada zaman Hindu-Budha yang dihiasi ornament-ornamen berupa stilasi flora (daun, buah, bunga dari tumbuhan) dan fauna (kala, naga) dalam bentuk yang bervariasi. Selain keunikan tersebut, masing-masing daerah di wilayah nusantara juga menunjukkan kekhasan motif hias daerah masing-masing. 

C.  Teknik dan Bahan Karya Seni Rupa Terapan
Teknik merupakan suatu cara yang digunakan di dalam membuat suatu karya seni. Teknik berkarya seni rupa terapan sangat dipengaruhi oleh bahan dan alat yang digunakan membuat karya seni. Teknik berkarya seni rupa terapan dapat juga dipengaruhi oleh kreativitas seseorang dalam proses pengerjaan, sehingga terjadilah keunikan teknik berkarya. 

Seni Kriya dapat dikerjakan dengan berbagai teknik tergantung dari bahan dan alat serta kreativitas pembuat atau pengerajinnya. Ada beberapa teknik berkarya seni rupa terapan (seni kriya) yaitu: 
1)   Teknik Cor (Cetak Tuang) 
Perkembangan zaman perunggu di Indonesia merupakan pengaruh dari kebudayaan Dongson. Kebudayaan perunggu Dongson yang berasal dari Yunani Indochina masuk ke Indonesia bersama datangnya bangsa Melayu-Muda, merekalah yang memperkenalkan teknik pengecoran dan penuangan perunggu untuk membuat bendabenda seni dan benda-benda pakai sehari-hari. Teknik cetak seni kriya pada waktu itu ada dua macam, yaitu:
a.    Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue) 
Teknik ini adalah cara menuang cairan perunggu sekali pakai, cara ini digunakan untuk membuat bentuk yang sulit dan rumit. Untuk teknik ini, cetakan hanya dipakai sekali saja karena untuk mengeluarkan hasil cor harus dilakukan dengan menghancurkan cetakan. Cara kerjanya adalah sebagai berikut : 
-       Pertama model dibuat dari tanah liat.
-       Kedua model tersebut dilapisi dengan lilin tipis.
-  Ketiga model tersebut dibungkus dengan tanah liat dengan diberi lubang sedikit untuk mengeluarkan lilin dan untuk memasukan cairan perunggu.
-       Keempat proses pembakaran untuk mengeluarkan lilin dari cetakan.
-       Kelima pengecoran dengan cairan perunggu.
-       Keenam pembukaan cetakan dengan cara merusak cetakan. 
b.   Teknik Tuang berulang (Bivalve)
Teknik ini digunakan untuk membuat benda perunggu yang bentuknya sederhana dalam jumlah yang banyak. Bentuk cetakannya terdiri dari dua keping dari bahan batu yang bisa disatukan dan dilepas, hal inilah yang memungkinkan untuk mencetak benda dalam jumlah yang banyak dan dalam bentuk yang sama. 
2)   Teknik Tempa
Teknik tempa digunakan untuk mengerjakan seni kriya dengan bahan logam (perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Teknik ini dilakukan dengan cara memanaskan plat logam yang selanjutnya ditempa (dipukul) dengan hammer sambil membentuk sesuai jenis benda yang dibuat, seperti keris, tombak, pisau, perhiasan, dsb. 
3)   Teknik pahat/ukir/sungging
Teknik ini dilakukan dengan cara mengurangi atau membuang bagian-bagian tertentu untuk memunculkan keindahan suatu bentuk. Teknik ini dapat dilakukan pada bahan batu, kayu dan termasuk juga kulit dengan menerapkan bentuk-bentuk motif hias. Teknik pahatan atau ukir menghasilkan karya seperti topeng, relief bangunan candi, ukiran pada pintu rumah, pahatan atau ukiran pada benda-benda furniture. Teknik sungging menghasilkan seni kriya berupa wayang kulit. 
4)   Teknik Batik
Seni kriya batik telah lama dikenal di wilayah nusantara. Batik merupakan karya seni kriya berupa motif hias pada permukaan kain. Seni batik, hampir di seluruh wilayah Indonesia memiliki kesamaan dari caradan teknik pembuatannya. Hal yang membedakan terletak pada motif ragam hias dan corak warna yang digunakan.
a.    Media (alat dan bahan) yang digunakan membuat batik, yaitu :
-       Kain mori yang halus warna putih; 
-       Malam (lilin atau parafin); 
-       Kompor kecil; 
-       Wajan kecil; 
-       Canting; 
-       Pewarna batik; dsb. 
b.    Teknik berkarya seni batik.
-   Teknik Tulis, menggunakan canting sebagai alat untuk membuat motif dengan cara menulis atau menuangkan cairan malam sesuai dengan motif yang dikehendaki. Selanjutnya mewarna dengan caramencelupkan ke larutan warna. Apabila kita menginginkan warna lain lagi, maka kain tadi setelah kering diberi malam lagi lalu dicelup dengan warna yang lain. Proses pencelupan dimulai dari warna yang paling muda ke warna yang lebih tua. Langkah berikutnya dilakukan proses nglorot (melepas atau melarutkan lapisan malam dengan cara dicelupkan pada air panas. 
-     Teknik Cap, menerapkan cairan malam pada kain mori dengan menggunakan cap seperti stempel yang telah berbentuk motif ragam hias batik. 
-   Teknik cetak (sablon), penerapan motif ragam hias batik menggunakan teknik sablon. Media sablon yang diperlukan antara lain: 
-    Screen (kain monyl atau kain kasa) dengan ukuran kelembutan/kehalusan yang disebut dengan “T” 
-       Gelatine/Selatine/Cromatine : pasta atau emulsi peka cahaya 
-       Rakel/SquegeePasta atau Emulsi pigmen 
-       Pigmen warna, dsb. 

Proses Sablon antara lain:
1.   Pembuatan disain, desain dibuat pada kertas transparan (kalkir, plastic/mika, lembaran kaca) yang tembus cahaya. Gambar desain harus menggunakan pigmen atau tinta yang bersifat menutup seperti tinta Cina (tinta bak) yang pekat. Kalau menginginkan warna lebih dari satu pada sebuah karya maka gambar desain dibuat sejumlah warna yang diinginkan pada kertas transparan yang berbeda. 
2.  Proses Afdruk (klise), sebelum proses ini dilakukan terlebih dahulu screen dilapisi dengan pasta peka cahaya seperti campuran gelatine, kalium bicromate dan chromatine (bahan ini banyak terdapat di toko-toko yang menjual perlengkapan sablon). Setelah dilapisi dengan rata kemudian dikeringkan. Apabila ingin mengafdruk desain, maka tempelkan desain pada tremescreen lalu ditutup dengan dengan kaca transparan. Pada bagian dalam screen dilapisi dengan busa yang lebih tebal dari bingkai screen dan juga dilapisi papan penahan. Selama melapisi screen sampai penempelan desain harus dilakukan di ruangan yang gelap dengan lampu yang remang-remang berwarna kuning atau merah. Pada waktu penyinaran, yang terkena sinar akan mengeras dan yang tertutup gambar desain atau tidak terkena sinar akan lunak. Setelah penyinaran terasa cukup maka selanjutnya menyemprot screen dengan air panas. Lapisan pasta yang tidak terkena sinar akan luntur dan pori-porinya akan terbuka sesuai dengan desain yang diinginkan. 
3.   Proses Pencetakan, dalam mencetak sesuaikan dengan kebutuhan, apakah screen yang disiapkan untuk pigmen yang berzat pengantar bersifat minyak atau yang relevan dengan air. Untuk diterapkan pada kertas, kaca, papan, dan sejenisnya biasanya pigmen yang berzat pengantar minyak, sedangkan untuk sablon batik umumnya menggunakan kain, pigmen yang diperlukan berzat pengantar relevan dengan air. Langkah mencetaknya adalah taruhlah cat secukupnya pada bagian dalam tremescreen, tekan dan geser dengan rakel agar cat tersebut tembus pada bidang di bawahnya atau pada bidang yang kita inginkan. 
5)   Teknik Anyam 
Teknik anyam diperlukan untuk mengolah bahan yang umumnya pipih dan tipis berupa bilahan bambu, rotan, mending, ate, dll. Teknik ini merupakan teknik tumpang tindih (selang-seling) bilahan lusi dan pakan untuk menampilkan bentuk dan motif anyaman. Benda kriya yang dapat dihasilkan berupa keranjang, tikar, topi, keben, kipas, dsb. 
6)   Teknik Tenun 
Penerapan teknik tenun pada prinsipnya mirip dengan teknik anyam. Perbedaannya hanya terletak pada peralatan dan bahan yang diperlukan. Teknik anyam tidak memerlukan alat bantuk khusus, cukup dengan keterampilan tangan secara manual. Sedangkan pada teknik tenun memerlukan peralatan khusus menenun untuk merapatkan lusi dan pakan dari bahan benang dengan cara dicagcag. Keindahan dari kriya tenun sangat tergantung dari warna dan bentuk motif tenun. Kriya tenun yang dihasilkan berupa kain ndek dan songket. 
7)   Teknik Butsir 
Teknik butsir adalah teknik membentuk benda kriya dengan cara mengurangi atau menambah bagian dari suatu bentuk dengan yang lunak atau plastis. Teknik ini biasanya diperlukan untuk membentuk benda kriya dengan bahan tanah liat. Karya yang dihasilkan umumnya disebut dengan gerabah, tembikar, atau keramik. Keramik merupakan benda kriya dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran dengan media penggelasan (glasir). Glasir adalah lapisan yang mengkilap pada benda keramik. Contoh benda keramik seperti cangkir, piring, mangkok, guci, teko, dsb. 
8)   Teknik lukis atau gambar 
Teknik ini khusus untuk mengerjakan karya seni rupa terapan dalam bentuk disain. Teknik lukis atau gambar dikerjakan pada permukaan bidang datar, umumnya pada permukaan kertas. Alat gambar yang diperlukan seperti alat tulis (pensil, drawing pen, rothring, dll.), mistar, dan warna. 

D.  Fungsi Seni Rupa Terapan Nusantara Berdasarkan Sosial Budaya
Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia, sebagai kebutuhan jasmani dan rohani. Secara umum fungsi seni rupa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 
1. Seni Murni, yaitu seni yang lebih mementingkan nilai estetis yang berkaitan dengan kebutuhan emosi/rohani. Contoh: lukisan, patung, dan seni kriya murni.
2.  Seni Terapan, yaitu seni yang memiliki nilai estetika dan lebih menekankan pada fungsional secara fisik/jasmani. Contoh:  furniture, kriya keramik, kriya batik, dsb. Secara kuantitatif fungsi seni rupa dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu: 
a.  Fungsi individu, sebagai media ekspresi bagi senimannya dalam menyatakan atau mengungkapkan jiwa dan perasaannya serta dapat berkomunikasi dengan orang lain. 
b.  Fungsi sosial budaya, sebagai sarana dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ini dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu: 
-    Bidang rekreasi, sebagai hiburan atau media rekreasi. Contoh pameran lukisan dan pameran karya seni kriya. 
-  Bidang komunikasi, sebagai media komunikasi dalam bentuk pesan estetika dan fungsional. Contoh karya lukisan, gambar poster, gambar reklame, dsb. 
-   Bidang pendidikan, sebagai media untuk memudahkan dalam menerima informasi pendidikan. Contoh: gambar poster, gambar ilustrasi, bentuk model/alat peraga, dsb. 
-   Bidang keagamaan, sebagai sarana estetika dan religius pada tempat suci serta pada lambang-lambang keagamaan. Contoh: hiasan/motif pada bangunan suci, tulisan kaligrafi, sarana upacara dalam agama Hindu, dsb. 

E. Kegiatan Mengidentifikasi Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Langkah-langkah dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik seni rupa terapan Nusantara, diantaranya: 
1.   Identifikasi dan tulis nama/judul dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati.
2.  Identifikasi dan tulis gagasan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi fungsi sosial budaya dari karya tersebut. 
3.  Identifikasi dan tulis teknik pengerjaan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut. 
4.  Identifikasi dan tulis klasifikasi/jenis dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut.